06 September 2014

PRAKTEK BERTANYA GURU DAN SISWA = PERTANYAAN EFEKTIF

Tulisan ini merupakan salah satu tugas dari Diklat On Line yang saya ikuti di P4TK Matematika Yogyakarta bekerja sama dengan Bank Dunia yang dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2014 sampai dengan tanggal 8 September 2014. Tulisan ini berkaitan dengan Pertanyaan Efektif.
1.    Pertanyaan efektif penting dalam pembelajaran karena pertanyaan efektif sangat bermanfaat bagi siswa antara lain sebagai berikut.
a.    Menelaah dan merangkum pembelajaran topik sebelumnya atau topik baru
Menelaah dan merangkum pembelajaran topik sebelumnya
Menelaah dan merangkum pembelajaran topik baru
Tujuan:
agar siswa bisa melihat keterkaitan antar materi pelajaran matematika sebab hubungan konsep-konsep di dalam matematika jauh lebih penting dari pada konsep itu sendiri, setiap konsep memerlukan konsep lain di dalam matematika
Tujuan:
lebih diarahkan pada merangkum atau menarik poin penting
dari apa yang telah dipelajari, kegiatan menelaah lebih intens diberikan di dalam proses pembelajaran berlangsung.
Contoh:
·        “Untuk mengingat pelajaran sebelumnya, coba nyatakan dengan kata-kata bagaimana menghitung luas jajar­genjang!”
·        “Setelah kamu mempela­ja­ri sifat-sifat persegi­panjang, apa yang dapat kamu katakan hubungan persegipanjang dengan jajargenjang yang dipelajari sebelumnya?”
Contoh:
·        “Sekarang, coba masing-masing dari kamu memikirkan, hal-hal apa saja yang menjadi ciri penting dari sebuah jajar genjang!”
·        “Jadi, apa kesimpulan yang dapat kita tulis setelah mempelajari hubungan antar bangun datar?” Bagaimana kamu dapat menyatakan hubungan tersebut secara sederhana?
Hindari:
“Untuk mengingat pelajaran sebelumnya, coba sebutkan rumus menghitung luas jajargenjang!”.
Hindari:
”Sebutkan ciri-ciri jajargenjang!”
b.    Mendorong atau melibatkan siswa berpikir matematis
Contoh (digunakan)
Contoh (hindari)
“seberapa besar selisih luas antara lapangan voli dengan lapangan sepak bola?”
“Lebih luas mana, apakah lapangan voli ataukah lapangan sepakbola?”
“Coba kamu pikirkan mengapa persegipanjang merupakan jajargenjang?”
“Apakah persegipanjang dan jajargenjang itu berbeda?”
“Apakah semua sifat
jajargenjang ada pada persegipanjang?”
Hindarkan bentuk pertanyaan yang bersifat dikotomi atau benar salah atau sekedar menyebutkan definisi atau bunyi suatu konsep misalnya Sebutkan sifat-sfat jajar genjang!
“Hitunglah volum botol air mineral tersebut dalam satuan cm3 hingga angka satuan terdekat!
”Hitunglah volum botol  air mineral tersebut!
Bagaimana jika ternyata siswa belum mampu berpikir matematis atau ternyata apa yang dipikirkan siswa belum mengarah pada berpikir matematis? Dalam hal ini, guru dapat mengajukan pertanyaan yang bersifat penggugah atau pendorong.
Contoh:
·      “Coba kamu pikirkan lagi, apakah sudah tepat cara menjawabnya seperti itu?”
·      “Bagaimana kamu mendapatkan bilangan tersebut? Adakah perhitungan yang aneh yang telah kamu lakukan?“
·      “Coba dilihat kembali, mungkinkah jawabannya merupakan bilangan pecahan?”

c.    Menilai kesiapan (berpikir matematis) siswa
Berpikir matematis adalah selalu memfokuskan pikiran melibatkan kecermatan, relevansi, dan ketepatan. Dalam bahasa yang agak sederhana, berpikir matematis sesungguhnya berpikir logis. Namun tentu yang dimaksud adalah logika matematika, logika yang didasarkan pada kebenaran secara matematis. Jadi, berpikir matematis tidak “melulu” harus berkaitan dengan angka atau bilangan. Terkadang ada siswa berpikir dengan menggunakan bilangan namun tidak tepat bahkan tidak relevan. Tidak semua pertanyaan dapat mendorong siswa untuk berpikir matematis. Oleh karena itu, harus dipilih dengan cermat pertanyaan yang dapat mendorong siswa berpikir matematis. Penggunaan bilangan tentu saja membuat sesuatu menjadi lebih cermat.
Contoh pertanyaanya:
·      “Bagaimana anak-anak, apakah kalian siap menyelidiki volum limas?”
·      “Andi, coba sebutkan peralatan apa saja yang sudah disiapkan kelompokmu!”
·      “Apakah masih ada pertanyaan lagi atau masih ada yang ragu, berikutnya kita akan mempelajari volum kerucut”
d.    Mengecek pekerjaan rumah atau tugas kelas dan pemahaman siswa
Bertanya secara lisan diajukan untuk mengecek pekerjaan rumah (PR) siswa. Hal yang perlu dicek antara lain, apakah mereka sudah menyelesaikan PR, apakah ada anggota kelompok yang tidak ikut mengerjakan PR, apakah mereka membutuhkan waktu lebih lama lagi, apakah mereka membutuhkan penjelasan tambahan, atau apakah ada masalah atau soal yang membingungkan bagi mereka. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu akan membantu kita sebagai guru memberikan penilaian terhadap tugas PR secara lebih adil dan benar. Hal yang sama juga berlaku bila bertanya ditujukan untuk mengecek tugas kelas dan pemahaman siswa.
Contoh:
·      “Soal nomor berapa yang paling menyulitkan menurut kalian? Mengapa?”
·      “Adakah yang belum jelas terkait tugas tersebut?”
·      “Adakah kata-kata yang masih membingungkan bagi kalian?”
e.    Menilai ketercapaian tujuan pembelajaran atau sebagai asesmen formatif
Tujuan bertanya sebagai asesmen formatif, lebih baik dinyatakan secara tertulis karena bisa menjangkau setiap siswa dan bersifat individual. Pertanyaan formatif yang bersifat lisan di depan kelas, tidak dapat menilai siswa satu per satu. Dengan demikian tujuan menilai untuk melakukan kedudukan siswa dan diagnosa kesulitan tidak akan tercapai. Tidaklah benar, jika pertanyaan asesmen berkisar pada pertanyaan benar salah, juga pertanyaan terkait definisi atau bunyi rumus. Namun demikian, pertanyaan yang bersifat konseptual tidak berarti tidak penting. Barangkali sering dilupakan oleh guru, bahwa tidak semua siswa telah memahami konsep walaupun mereka dapat menyelesaikan soal-soal terapan konsep tersebut. Hanya saja, pertanyaan berbentuk konseptual harus dinyatakan untuk mendapatkan pemahaman bukan ingatan semata.
Contoh:
·      “Coba nyatakan dengan 3 cara berbeda, pengertian bangun datar persegi!”
·      “Berilah contoh dan bukan contoh, 5 benda dalam bentuk yang berbeda-beda di sekitar kita yang dapat dikategorikan sebagai prisma!”
·      “Jelaskan, apakah kerucut termasuk dalam jenis bangun ruang limas?”
Sementara bentuk pertanyaan terapan konsep, tidak cukup pertanyaan yang bersifat mekanistik. Jauh lebih penting, bentuk pertanyaan yang bersifat problematik atau bersifat terbuka namun tetap terkait dengan konsep yang akan dinilai.
Contoh yang bersifat mekanistik:
·      “Berapa cm2 luas persegipanjang yang alasnya 4 cm dan tingginya 9 cm?”
·      “Hitunglah volume limas, jika diketahui luas alas 10 cm^2 dan tingginya 5 cm!”
Contoh pertanyaan yang dianjurkan:
·      “Jika sebuah persegipanjang memiliki luas 36 cm2 dan memiliki sisi-sisi bilangan bulat, lukislah semua bentuk persegipanjang yang mungkin dalam satuan cm!”
·      “Jika volum limas 100 cm2 dan tingginya 5 cm, berapa keliling yang alasnya berbentuk segitiga?” Nyatakan jawabanmu dalam angka satuan terdekat!
·      “Pak Dirman akan membuat wadah penampung air. Ia ingin wadah dapat menampung antara 80 hingga 100 liter air. Berbentuk apa dan berapa ukuran wadah yang dapat dibuat Pak Dirman?”
f.      Mendiagnosa kesulitan siswa
Untuk dapat mendiagnosa kesulitan siswa, maka bertanya yang bersifat gradual perlu dilakukan. Namun ini lebih kepada pertanyan lisan. Namun untuk bentuk pertanyaan tertulis, maka pemilihan pertanyaan yang kaya akan subtansi lebih diutamakan, misalnya pertanyaan terapan konsep, pemecahan masalah, atau bentuk pertanyaan terbuka (open ended).
Contoh.
Ani, mengapa kamu hanya benar 2 dari soal soal? Mengapa di 8 nomor itu, kamu tidak dapat menjawab? Adakah soal-soal itu membingungkan kamu? Apakah kamu tidak memahami beberapa istilah dalam soal? Apakah kamu kesulitan untuk menemukan cara menjawab soal itu? Apakah kamu merana kesulitan melakukan perhitungan?
Dalam kerangka asesmen formatif apalagi sumatif, maka membuat pertanyaan yang bersifat uraian akan sangat membantu guru dalam mendiagnosa kesulitan siswa. Oleh karena itu, tanpa meninggalkan pertanyaan konseptual, maka bentuk pertanyaan aplikasi yang bersifat kaya atau penuh dengan data, cara, bahkan alternatif jawaban mutlak diperlukan.
g.    Mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan sikap inkuiri
Bertanya jika tepat kita meramu isi pertanyaanya, maka dapat mendorong siswa untuk lebih kritis dan kreatif. Seperti yang telah dijelaskan di bagian terdahulu, perlu dihindari pertanyaan yang bersifat dikotomi atau mendorong pada jawaban yang seragam. Sikap inkuiri atau sikap selidik dapat didorong dengan bentuk-bentuk pertanyaan yang dapat menantang pikiran siswa. Alih-alih membuat soal yang rumit, lebih baik membuat soal sederhana tetapi membutuhkan pemikiran yang kritis untuk dapat menyelesaikannya.
Contoh.
·      “Buatlah sebuah trapesium yang semua sisinya merupakan bilangan bulat!”
·      “Untuk membentuk bangun segitiga, diperlukan 3 koin atau 6 koin, seperti tampak pada gambar. Berapa koin di antara 100 dan 120 yang dapat membentuk sebuah segitiga?”
h.    Memancing siswa untuk mengemukakan pendapatnya sendiri
Tujuan bertanya ini penting karena untuk mendorong siswa berani mengemukakan pendapat dan bertanggungjawab atas pilihannya dalam memecahkan masalah/soal. Tidak mudah memancing siswa untuk mau mengemukakan pendapat. Segala upaya harus dapat dilakukan guru agar siswa terdorong untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Namun tentu saja, guru harus memberikan pertanyaan yang bersifat terbuka atau memungkinkan cara dan/atau jawaban yang berbeda-beda. Jika soal yang diajukan bersifat tertutup atau hanya ada satu jawaban atau satu cara maka tidak dapat diharapkan adanya pendapat sendiri yang berbeda dari siswa. Pertanyaan memancing harus dipilih sehingga memungkinkan siswa untuk berani menyatakan pendapatnya.
Contoh.
·      “Coba kamu cermati hasil pekerjaan Prabowo. Ada yang perlu ditanyakan? Adakah yang perlu penjelasan tambahan? Atau adakah yang keliru?”
·      “Ada yang berbeda dari apa yang dikerjakan Prabowo di depan tadi?”
·      “Ibu pikir mungkin ada cara lain, siapa yang menjawab dengan cara berbeda dari Prabowo?”
·      “Pekerjaan Prabowo sudah benar, tetapi mungkin ada yang lebih baik. Adakah cara lainnya?”
i.      Memberi kesempatan kepada semua siswa mendengar penjelasan yang berbeda-beda dari siswa lainnya .
Tujuan bertanya ini dicapai bila bertanya dengan tujuan memancing siswa mengemukakan pendapatnya sendiri dapat terwujud. Pertanyaan yang dapat diajukan kepada siswa sama dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing siswa mengemukan pendapatnya sendiri.
j.      Membantu guru menentukan laju pelajarannya dan untuk mengendalikan perilaku siswa
Bentuk pertanyaan dengan tujuan menentukan laju pelajaran berkaitan dengan substansi materi yang telah dipahami siswa. Jika dianggap siswa telah memahami sepenuhnya, maka guru perlu mengajukan pertanyaan untuk meyakinkan guru akan hal itu.
Contoh.
·      “Jadi, semua sudah paham, mengapa rumus limas memuat faktor sepertiga?”
·      “Apa kesimpulanmu mengenai sifat-sifat belah ketupat?”
Untuk mengendalikan perilaku siswa, umumnya berbentuk pertanyaan lisan, karena perilaku merupakan aktivitas yang dapat diamati. Perilaku siswa dapat bersifat positif maupun negatif. Perilaku yang bersifat positif antara lain keseriusan, disiplin, cermat. Sementara perilaku negatif sebaliknya, tidak acuh, seenaknya, terburu-buru, dan lain sebagainya. Dengan bertanya, maka guru dapat mengendalikan perilaku siswa menuju ke arah positif, baik pertanyaan itu bersifat substantif maupun non-subtantif. Jika pertanyaannya subtantif, maka siswa akan tersadar dan mau terlibat agar dapat menjawabnya. Namun bila bersifat non-substantif maka lebih diarahkan untuk mendapatkan perhatian langsung dari siswa.
Contoh.
·      “Nah, sekarang, ibu mau bertanya, soal nomor ......” (substantif)
·      “Ehhmm, Gareng.... mengobrol apa dengan Susi...?” (non-substantif)
2.    Karakteristik dari pertanyaan efektif yang kemungkinan besar dapat  membelajarkan siswa secara maksimal adalah
a.    Menuntut siswa berpikir, tidak sekedar mengingat dan menyebutkan.
Pertanyaan yang efektif lebih menghendaki siswa untuk berpikir lebih dari sekedar mengingat, tetapi juga tingkat berpikir yang lebih tinggi: menganalisis, menilai, menyimpulkan, membandingkan, menggeneralisasi, membuat hubungan, menerapkan, menjelaskan. Lebih efektif pertanyaan dalam kata tanya: mengapa atau bagaimana, daripada pertanyaan apa atau mana.
b.    Bersifat atau mengarah pada pertanyaan yang open-ended.
Jika pertanyaan dengan situasi yang tertutup, umumnya siswa akan memberi jawaban yang mudah ditebak atau hanya menuntut tingkat berpikir yang rendah. Inti dari pertanyaan open-ended adalah menuntut siswa mengembangkan cara untuk memahami pertanyaan dan cara untuk bagaimana menjawab pertanyaan. Selain itu, yang menjadi ciri penting adalah memungkinkan membuat jawaban yang beragam tingkat kebenarannya.
c.    Memungkinkan jawaban yang beragam.
Salah satu ciri pertanyaan yang efektif adalah pertanyaan yang memungkinkan jawaban yang benar lebih dari satu. Baik, tingkat kebenarannya setara maupun tidak setara. Hal ini memungkinkan seluruh siswa dengan kemampuan dan potensi yang berbeda-beda dapat “beraksi” memberikan jawaban dengan caranya masing-masing.
d.    Memungkinkan siswa memaknai matematika dari proses menjawab pertanyaan tersebut.
Sifat ini sulit tercapai jika pertanyaan tidak memberi ruang adanya “proses” dalam menjawab, seperti adanya proses memahami pertanyaan, proses memilih data, proses memilih strategi, proses menghitung, proses membuat narasi dan argumentasi, hingga proses review dan refleksi. Dengan melakukan proses-proses tersebut siswa belajar memaknai pentingnya matematika bagi diri mereka, siswa memaknai kegunaan matematika, hingga siswa memaknai sifat dasar matematika.
e.    Memungkinkan guru menilai secara holistik kemampuan matematika siswa. Pertanyaan yang efektif adalah pertanyaan yang memungkinkan seluruh kompetensi matematis dapat dievaluasi, tidak saja kemampuan mengingat, tetapi juga aspek komunikasi, keterampilan memecahkan masalah, aspek afektif-matematis (terampil, tekun, teliti/cermat, kreatif).
3.    Pertanyaan yang kurang efektif antara lain adalah:
a.    Pertanyaan yang tertutup, misalnya ya/tidak, atau pertanyaan tertutup (mengisi titik-titik).
b.    Pertanyaan yang memandu siswa pada jawaban atau memberi petunjuk (clue) pada jawaban. Karean siswa perlu belajar dan berpikir di dalam matematika, tidak selalu harus dibimbing. Guru harus memberi kepercayaan pada mereka dan memberi kesempatan pada mereka untuk menjawab. Hal yang dibutuhkan adalah dorongan bagi mereka.
c.    Pertanyaan yang terpusat pada guru. Arahkan siswa bahwa merekalah yang memiliki kepentingan dengan pertanyaan tersebut. Misalnya, “jelaskan pada teman-temanmu bahwa ...”, “coba yakinkan dirimu, mengapa.... “.
d.    Hindari memberi label mudah atau sulit pada pertanyaan yang diajukan. Ini dapat membuat siswa tidak mengerahkan perhatian yang maksimal untuk menjawab pertanyaan.
e.    Jangan pernah menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan. Usahakan siswa dapat menjawabnya walaupun pada akhirnya dengan sedikit bantuan dari guru.
f.      Hindari memberi judgment salah pada jawaban siswa. Akan lebih positif, dengan menganggap jawaban siswa belum tepat sehingga mengundang mereka untuk berpikir ulang dan melakukan usaha kembali menjawab pertanyaan dengan memikirkan mengapa jawaban mereka belum tepat.
4.    Hal berbeda yang akan saya lakukan pada pengajaran matematika selanjutnya adalah
a.    Memberi kesempatan yang cukup pada siswa untuk menjawab soal. Tidak terburu-buru menjawab soal yang diajukan. Sadari bahwa terkadang guru sendiri membutuhkan waktu untuk menjawab soal.
b.    Menunjukkan perhatian dan keseriusan pada apa atau cara berpikir siswa.
c.    Memberikan apresiasi pada usaha siswa untuk berpikir, apapun jawabannya.
d.    Mengupayakan siswa berpikir secara mandiri baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok. Jangan sampai siswa hanya membeo jawaban temannya.
e.    Mengupayakan siswa tidak menjawab secara serentak. Memberi kesempatan kepada siswa satu per satu.
f.      Meminta siswa untuk selalu mengemukakan alasannya atau argumentasi di balik jawabannya.

Daftar Pustaka
Kemdikbud. 2014. Modul Pelatihan Diklat On Line P4TK Matematika Yogyakarta Bahan Bacaan No 2.1.1, 2.1,2, 2.1.3, 2.1.4. Yogyakarta: P4TK Matematika Yogyakarta
Setelah membaca dan download tulisan ini harap memberi komentar. Terima kasih.

2 komentar:

Gunanto mengatakan...

Bermanfaat... terima kasih

Gunanto mengatakan...

Bermanfaat... terima kasih

Sosialisasi IKM, PMM, dan PAK Tahun 2022 di SMPN 1 Kaliwungu

Pada hari Rabu tanggal 10 Agustus 2022 bertempat di SMPN 1 Kaliwungu MGMP SMP Matematika Kendal melaksanakan kegiatan "Sosialisasi Impl...